Sabtu, 05 Mei 2012

Anakku (harusnya) Kamu Lucu, deh !

Mengapa aku menulis judul ini ? Karena ini sering terjadi di kalangan ibu-ibu yang sudah tidak mampu lagi melihat kelucuan anak-anaknya. Kepolosan dan keterus-terangan mereka sudah tak mampu lagi dibaca oleh ibunya sebagai kesegaran kanak-kanak yang bisa menjadi obat kesuntukan.
Sering kita mendengar keluhan ibu-ibu ketika menghadapi anaknya yang masih imut tapi tanggapan orang tuanya menganggap mereka orang dewasa bertubuh kecil. Ketika anak merajuk, orang tua sedang sibuk, maka tak terlihat lagi oleh sang ibu kelucuan anaknya saat ngambek.Wajah mungilnya yang ditekuk kalau dilihat dengan hati lapang akan kelihatan sangat menggemaskan. Rengekan suaranya yang manja akan terdengar sangat menggelikan ketika kita mendengarkannya dengan perasaan tenang.
Tapi memang keadaan kita tidak selalu tenang dan longgar. Jadi apa yang harus kita lakukan ? Masa kita tak bisa melihat betapa lucu dan menggemaskannya anak kita ketika sedang berbeda pendapat dengan kita.
Mungkin kita bisa jeda sejenak dari segala aktivitas kita yang bejibun. Tenangkan pikiran, renungkan lagi skala prioritas yang harus kita kerjakan. Singkirkan hal-hal yang bisa dikerjakan orang lain dari rencana kegiatan dan pikiran kita. Lihatlah kehidupan yang kita jalani sebagai kehidupan yang menyenangkan yang takkan kita biarkan menjadi kehidupan yang menyusahkan dan menyiksa kita. Nikmati apa yang kita miliki dan jangan memanjangkan angan-angan kita pada sesuatu yang ingin kita miliki.
Alangkah ruginya kita kalau kehilangan saat-saat anak kita tumbuh di dekapan kita tapi kita tidak menikmati setiap detiknya yang berharga.
Maka marilah kita nikmati ketika anak kita merajuk dengan melihat lucunya wajahnya ketika bibirnya yang mungil membentuk kerucut. Atau ketika kita mengatakan satu kata maka dia akan membalas dengan banyak kata. Ketika dia meminta sesuatu yang terlintas di pikirannya yang tidak bakalan kita berikan, lihatlah betapa tinggi imajinasinya.
Selama kita bisa melihat dia adalah sebagai anak-anak yang sangat membutuhkan bimbingan ortunya, tentu tak kan kita biarkan ia berlebih-lebihan dalam meminta atau merajuk. Tapi kalau kita melihatnya sebagai kanak-kanak, bukan orang dewasa kecil yang melakukan sesuatu karena memang tahu, maka kita akan bisa menikmati kelucuan anak kita. Lalu kita akan bisamenghadapinya tanpa harus menguras emosi yang tidak perlu. Setuju?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar