Rabu, 30 Mei 2012

Anakku Mengidap TEVK

Tahu nggak apa TEVK? Singkatan dari Talisep Ekuinovarus Kongenital. Jadi si penderita mengidap kelainan bawaan pada tulang kaki yang bengkok karena posisi kaki sejak dalam rahim. Kaki anak bagian bawah telapaknya menghadap ke atas bukan ke bawah seperti seharusnya. Jika tidak mendapat perawatan yang tepat, maka kelak anak akan susah berjalan bahkan mungkin tidak bisa melakukannya.

Ketika lahir kebetulan kami masih tinggal di kota propinsi. Melihat kelainan yang diderita anakku, tenaga medis yang membantu menyarankan untuk membawa anakku ke bagian bedah rumah sakit daerah. Sontak pada hari kelahirannya yang ketiga, dengan langkah masih tertatih-tatih karena habis melahirkan tiga hari sebelumnya, aku membawa bayi kecilku ke rumah sakit. Ibuku yang tinggal di kota lain datang sehari sebelumnya karena tidak tega melihat kondisiku yang masih lemah mesti membawa anakku ke rumah sakit. Beliau menyuruh kakakku menemani dan membantuku menggendong bayiku,

Perawatan di rumah sakit untuk anakku sebetulnya sederhana. Setelah di foto untuk melihat kondisi tulangnya, kaki mungil anakku dibalut dengan gibs sambil dibetulkan posisi tulangnya. Karena tulangnya masih sangat lentur, tulang kaki  itu dengan mudah mengikuti bentuk gibs yang dibalutkan ke kakinya.
Karena dipaksa lurus, dengan perawatan berulang-ulang, diharapkan tulang kakinya akan lurus sehingga posisi telapak kaki bisa tepat seperti kaki pada umumnya.

Setiap seminggu atau dua minggu sekali, kami membawa anak kami ke rumah sakit untuk mengganti gibs dan melihat perkembangannya. Kebetulan kaki anakku yang mengidap  TEVK adalah keduanya. Dokter memasang gibs secara bergantian pada masing-masing kaki. Jadi kalau minggu ini kaki kanan di balut, maka kaki kiri dibuka selama seminggu. Ketika balutan dibuka seminggu kemudian, perbedaan ukuran kedua kaki sangat mencolok. Kaki yang tidak dibalut kelihatan gemuk besar, sementara yang baru dibuka balutannya terlihat kecil kurus. Begitu terus bergantian, mengingat pertumbuhan bayi pada usia awal sangat cepat.

Setelah hampir enam bulan kami bolak-balik ke rumah sakit, suatu kali kami mendapati perlakuan petugas medis yang tidak berkenan bagi kami. Ketika membuka balutan yang keras mereka selalu menggunakan gergaji. Suatu ketika gergaji itu mengenai kulit kaki anak kami sehingga berdarah. Kami jelas kecewa tapi apa yang bisa kami lakukan ? Mengingat kami selalu mendampingi ketika anak kami dirawat, kami selalu memperhatikan cara perawatan oleh petugas. Akhirnya kami memantapkan diri untuk merawat sendiri anak kami.

Walhasil, sampai kami menganggap kaki anak kami sudah cukup normal pada usia sekitar setahun, kami menangani sendiri perawatan anak kami. Kami beli gibs dengan harga lebih murah, kami rawat  sendiri dengan penuh perhatian dan tidak terburu-buru karena tidak ada yang antri di belakangnya, dan kami juga mengetahui cara yang lebih aman untuk membuka balutan yang keras. Caranya adalah dengan membasahi balutan itu dengan air. Setelah ditunggu sebentar, maka kita bisa megelupas balutan itu dengan mudah.

Alhamdulillah sekarang anak kami seperti anak -anak lain yang bisa menapakkan kakinya ke tanah. Selama perawatan di rumah sakit kami melihat pasien yang tidak ditangani sejak dini sehingga mereka mengalami kesulitan berjalan. Bahkan ada tang tidak bisa berdiri sama sekali sehingga berpindah tempat dengan bantuan tangannya. Sangat bersyukur melihat kondisi anak kami yang terdeteksi kelainannya sejak dini dan mendapat perawatan yang tepat.

Selama perawatan di rumah sakit, ibu atau kakak bolak-balik menemani kami padahal mereka tinggal di luar kota. Tentu saja kami sangat bersyukur mereka selalu hadir menemani kami ketika itu.

Sekarang anak kami sudah hampir lulus sma. Sekitar empat tahun yang lalu kami mengetahui bahwa seorang anak kerabat kami menderita kelainan yang sama. Waktu itu umurnya sudah setahun dan dokternya menyarankan untuk operasi dengan biaya sekian puluh juta. Ketika kami mendengar berita itu, kami menceritakan pengalaman kami dan menawarkan bantuan untuk merawat anak itu mengingat kondisi ekonomi mereka yang kurang mampu. Pada awalnya mereka ragu-ragu akan keberhasilan cara kami. Tapi akhirnya mereka setuju dan kami merawat anak itu hampir setahun lamanya.

Pada usianya yang ke dua tahun, anak itu sudah berhasil berjalan normal. Dokter yang merawatnya dulu pun heran melihat kakinya yang normal, mengingat keberhasilan operasi tidak bisa sebagus itu. Kami sangat bersyukur melihat anak itu sudah baik kembali dengan bantuan yang bisa kami berikan.

Pengalaman ini mungkin bisa mengilhami orang tua lain yang memiliki peristiwa yang sama mengingat kejadian TEVK cukup banyak yaitu satu untuk setiap seribu kelahiran.

Senin, 14 Mei 2012

Wanita Perkasa

Siang tadi aku ke kantor kecamatan untuk menemui PPAT, tahu nggak kalau itu singkatan dari Pejabat Pembuat Akta Tanah, untuk mengambil dokumen yang sedang kuurus. Sambil menunggu petugasnya selesai dari tugasnya melayani para pembuat e-KTP, aku berkeliaran di halaman kecamatan yang cukup luas.
Ada satu papan di antara banyak papan bertulisan yang membuatku tertarik dan berpikir. Judulnya adalah Panca Darma Wanita. Isinya kalau aku nggak salah ingat  adalah wanita sebagai pendamping suami, wanita sebagai penerus generasi, wanita sebagai pendidik anak, wanita sebagai pencari nafkah tambahan dan satu lagi aku gagal mengingatnya.
Melihat tulisan tersebut aku jadi berpikir betapa besarnya tugas searang wanita. padahal sering kita dengar tentang betapa lemahnya wanita itu. Di satu sisi kita juga jarang atau hampir tidak pernah mendengar tentang peran panca, nggak cuma ganda, dari sosok pria.
Apa peran pria dalam membina kehidupan bersama dengan wanita jika peran yang lain sudah diborong oleh wanita. Pendamping istri? Bagaimana peran  yang dijalankan oleh seorang pria dalam mendampingi istri? Wanita menjalankan peran pendampingannya bagi suami di masyarakat kita berar
 ti melayani segala kebutuhannya bahkan keluarganya
Sebagai penerus generasi mungkin artinya adalah karena dia yang melehirkan anak-anaknya.. Dan hal itu bisa terjadi dengan andil suaminya.
Sebagai pendidik anak, tugas itu akan berhasil jika suami dan istri memiliki visi dsn misi yang sama dan saling bahu membahu dalam mewujudkannya.
Sebagai pencari nafkah tambahan bisa dilakukan jika suami mengijinkan dan tidak mengganggu tugas utamanya di lingkungan domestik. sayang yang satu lagiaku lupa.
Walhasil, mencermati hal itu aku pikir pada intinya memang kerjasama suami dan istri yang kompaklah yang akan mewujudkan keberhasilan. Suami sukses kalau sang istri mendukung sepenuh hati demikian juga sebaliknya.
Yamg perlu dicermati adalah kodrati masing-masing yang telah ditentukan agar diterapkan sesuai pada bidangnya. Mungkin ada sedikit variasi bagi tiap individu, tapi secara umum sifat kodratnya sudah umum diketahui.
Dengan menjalankan fungsi atau peran masing-masing sesuai kodratnya maka akan lebih mudah bagi individu untuk mendapatkan kebahagiaan bagi dirinya.

Sabtu, 05 Mei 2012

Anakku (harusnya) Kamu Lucu, deh !

Mengapa aku menulis judul ini ? Karena ini sering terjadi di kalangan ibu-ibu yang sudah tidak mampu lagi melihat kelucuan anak-anaknya. Kepolosan dan keterus-terangan mereka sudah tak mampu lagi dibaca oleh ibunya sebagai kesegaran kanak-kanak yang bisa menjadi obat kesuntukan.
Sering kita mendengar keluhan ibu-ibu ketika menghadapi anaknya yang masih imut tapi tanggapan orang tuanya menganggap mereka orang dewasa bertubuh kecil. Ketika anak merajuk, orang tua sedang sibuk, maka tak terlihat lagi oleh sang ibu kelucuan anaknya saat ngambek.Wajah mungilnya yang ditekuk kalau dilihat dengan hati lapang akan kelihatan sangat menggemaskan. Rengekan suaranya yang manja akan terdengar sangat menggelikan ketika kita mendengarkannya dengan perasaan tenang.
Tapi memang keadaan kita tidak selalu tenang dan longgar. Jadi apa yang harus kita lakukan ? Masa kita tak bisa melihat betapa lucu dan menggemaskannya anak kita ketika sedang berbeda pendapat dengan kita.
Mungkin kita bisa jeda sejenak dari segala aktivitas kita yang bejibun. Tenangkan pikiran, renungkan lagi skala prioritas yang harus kita kerjakan. Singkirkan hal-hal yang bisa dikerjakan orang lain dari rencana kegiatan dan pikiran kita. Lihatlah kehidupan yang kita jalani sebagai kehidupan yang menyenangkan yang takkan kita biarkan menjadi kehidupan yang menyusahkan dan menyiksa kita. Nikmati apa yang kita miliki dan jangan memanjangkan angan-angan kita pada sesuatu yang ingin kita miliki.
Alangkah ruginya kita kalau kehilangan saat-saat anak kita tumbuh di dekapan kita tapi kita tidak menikmati setiap detiknya yang berharga.
Maka marilah kita nikmati ketika anak kita merajuk dengan melihat lucunya wajahnya ketika bibirnya yang mungil membentuk kerucut. Atau ketika kita mengatakan satu kata maka dia akan membalas dengan banyak kata. Ketika dia meminta sesuatu yang terlintas di pikirannya yang tidak bakalan kita berikan, lihatlah betapa tinggi imajinasinya.
Selama kita bisa melihat dia adalah sebagai anak-anak yang sangat membutuhkan bimbingan ortunya, tentu tak kan kita biarkan ia berlebih-lebihan dalam meminta atau merajuk. Tapi kalau kita melihatnya sebagai kanak-kanak, bukan orang dewasa kecil yang melakukan sesuatu karena memang tahu, maka kita akan bisa menikmati kelucuan anak kita. Lalu kita akan bisamenghadapinya tanpa harus menguras emosi yang tidak perlu. Setuju?